Selasa, 22 Januari 2013 | 19:37 WIB
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com - Situasi di kawasan tambak udang PT Central Pertiwi Bahari (CPB), Lampung, mencekam pasca-konflik antarkelompok petambak plasma. Kelompok bersenjata tajam berjaga-jaga di kawasan tambak udang itu.
Cokro Edi Prayitno, Ketua Forum Silaturahmi (Forsil) Petambak Plasma Bratasena, dihubungi Selasa (22/1/2013) mengatakan, beberapa hari terakhir ini terjadi bentrokan antara petambak plasma CPB yang tergabung di Forsil dengan massa petambak yang mendukung perusahaan.
"Terakhir, kemarin (21/1/2013), ada petambak dari kelompok bentukan perusahaan yang membabi buta menyerang kami dengan trisula. Dua petambak dari pihak kami dan mereka lalu terluka. Hingga hari ini, situasi masih tegang. Masih banyak petambak dibantu preman dari desa sekitaryang membawa senjata tajam. Aparat tidak bisa berbuat apa-apa," ujar Cokro.
Ketegangan ini terjadi menyusul tindakan petambak plasma dari Forsil Bratasena yang berinisiatif mengeluarkan sejumlah peralatan bekas di areal tambak untuk dijual ke luar.
Menurut Cokro, tindakan itu dilakukan petambak untuk bertahan hidup mencari makan menyusul dihentikannya pinjaman bulanan dari PT CPB sebesar Rp 1,5 juta dan kebutuhan pokok.
"Pinjaman itu dihentikan sepihak sejak 1 Desember 2012 menyusul dihentikannya sementara program budidaya dengan 3.300 petambak plasma. Padahal, pinjaman yang menjadi bagian dari perjanjian kemitraan itu selama ini menjadi andalan kami untuk makan," tuturnya kemudian.
editor : muhammad rifai
sumber : Kompas.com
0 comments:
Post a Comment