
TEMPO.CO, Jakarta - Pesan berantai berisi dukungan terhadap Kopassus melalui jejaring sosial Facebook, Twitter, dan BlackBerry Messenger beredar setelah tim investigasi TNI AD mengumumkan 11 anggota Kopassus sebagai pelaku penembakan empat tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman.
Pesan berantai yang menganggap Koppasus berjasa karena menumpas preman muncul sejak Jumat malam, 5 April 2013. Pesan pada tanggal itu mengatasnamakan masyarakat Yogyakarta. Dalam pesan itu muncul kalimat mengapresiasi tindakan 11 parjurit Kopassus yang mengakui penyerangan di LP Cebongan.
Pesan berantai muncul kembali pada Sabtu, 6 April pukul 12.41. Pesan yang mengatasnamakan pemuda Yogyakarta menganggap Kopassus berjiwa kesatria karena telah membunuh preman. Dalam pesan ada ajakan terhadap masyarakat Yogyakarta untuk melakukan aksi dukungan terhadap Koppasus esok hari, Ahad, 7 April 2013 di kawasan Tugu Yogyakarta. Kedua pesan berantai tidak dilengkapi dengan identitas lengkap atau nama pengirim.
Sesepuh Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa NTT, Daniel Dama Ledo, mengatakan label atau stigma preman melalui pesan berantai tidak adil karena keempat tahanan itu belum menjalani proses hukum. Pesan yang beredar itu menggambarkan preman seolah-olah pantas dibunuh di rumah negara. "Mereka kan sudah dihabisi. Belum puas menghabisi, masih dilabeli dengan sebutan preman. Ini tidak adil," kata Daniel kepada Tempo,
sebagai pembaca yang bijak hargai penulis dengan berkomentar like dan twet salam bloger indonesia :)
0 comments:
Post a Comment